Kamis, 17 Mei 2012

Aku = Dalam Tulisanmu

"............. Akulah orang dalam tulisanmu"

Dia adalah manusia yang selalu bingung untuk menentukan arah, belok kanan, belok kiri, atau lurus saja. Mencari tapi tak tahu apa yg dicari. Tiap manusia bisa terbang, yang dibutuhkan hanya seseorang tuk melebarkan sayapnya. Kerinduan, pada satu hari milik kita. Pada satu persimpangan di mana kita pertama kali bertemu. Tersentuh dengan ketulusan cinta-nya, dan ingin selalu melihat senyuman-nya walau dari jauh tanpa bisa menyentuh sosok tercintanya. Aku pergi bukan untuk meninggalkanmu, tapi untuk abadi bersamamu.


- Nathan -

Senang dan Sedih itu Sepaket

Pertemuan yang berawal dari kesedihan, menemani hati ini dari rasa yang luar biasa , entah rasa apa itu 'sedih , dan aneh, dan ia juga menggajari banyak hal penting dalam hidup. Ia berikan manisnya cinta, memberikan warna pada kanvas kehidupan, senyum , tawa , canda , gurau ,..

 Semunya adalah kebahagiaaan yang menghapus kesedihan atas kehilangan


 Semua berlalu dengan lancar , namun semua berhenti saat ada keegoisan, hati ini tak menggerti perasaaan nya , sampai akhirnya ... ia benar benar pergi meninggalkan hati untuk prioritas kehidupan masa depan. Mencoba tuk tegar di hadapannya tak mudah ! namun itu yang di lakukan demi sebuah kebaikan.

 Melewati hari hari sendiri untuk mencapai tujuan hidup dan kembali ke dunia cinta pada saat yang tak tepat, di saat perubahan telah terjadi . walau pun tak sepenuhnnya terjadi. karena cinta tetap seperti awalnya ...

 Semua usaha yang di lakukan untuk perubahan hasilnya tak ada, karena cinta tak bisa dipaksakan , seiring adanya harapan kembali dan akhirnya harapan itu benar benar hilang untuk selamanya, memang sedih tapi ini adalah sebuah kenyataan....

 Pesan terahir yang sangat berarti telah terbaca, rasa ingin marah itu pasti ada , namun tak ada gunanya lagi.  Beribu ucapan terima kasih untuk nya tak bisa lagi di ucapkan , kerna telah memeberi warna dunia
dan kini aku percaya .

SENANG DAN SEDIH ITU DATANGNYA SEPAKET


Bandung, 26 Februari 2010

Terlalu "ABU-ABU"


Abu-abu adalah salah satu warna yang tidak jelas. Tidak hitam. Dan tidak putih. Warna yang menurutku bagus, karena hampir seperti warna hitam atau putih yang dapat dipadu-padankan dengan warna apapun. Tapi tidak dalam arti kiasaannya untuk kehidupan, terlebih lagi dalam masalah percintaan. Dalam makna kiasan sendiri, warna abu-abu adalah sesuatu yang tidak jelas. Masih mengambang, antara "ya" atau "tidak". Tidak pasti. Penuh teka-teki.


Kutipan (21 Mei 2012) : "Kamu itu terlalu 'abu-abu', dan akulelah dengan ketidakpastian selama ini. Kamu datang ke hidup aku terus pergi gitu aja, kamu tuh gak jelas. Kamu abu-abu buat aku"

Untuk menghindari suatu yang abu-abu, lebih baik katakan "YA. kalo suka". Nyatakan rasa sukamu pada seseorang yang kamu sukai. Dan katakan "TIDAK, kalo nggak suka". Nyatakan rasa tidak ketertarikanmu, untuk menghindari kesalahpahaman yang diterima pihak yang kamu dekati. Kalo emang sudah menyatakan perasaanmu, apapun jawabannya yang kamu terima nantinya, itulah jawaban yang terbaik. Setidaknya kamu sudah menjadi seseorang yang jelas, tidak abu-abu, abstrak perasaan. Dan jika kamu masih ragu-ragu, lebih baik TIDAK SEKALIAN SAJA. Menjadilah hitam, yang tak terlihat.


Rabu, 16 Mei 2012

Memahami Bukan Sekedar Mengerti

Loh? apa bedanya memahami & mengerti? Melihat pemikiran yang makin kusut karena pertanyaan filosofis ini, dan menurut saya jelas beda banget antara memahami dan mengerti . Kita bisa bilang "mengerti seseorang", tapi belum tentu bisa "memahaminya". Singkatnya mengerti itu hanya di permukaannya saja, tapi memahami ada pada keinginan hati kita untuk menerima situasi atau kondisi seseorang yang paling tidak kita inginkan sekalipun.

 I'm got the point. Selama ini dalam bersosialisasi kita mengerti bahwa tiap individu itu unik, tapi dapatkah kita memahami keunikan itu dan tidak menjadikannya sebagai sebuah masalah? Berapa kali kita mengatakan mengerti dengan kesibukan pasangan kita, sehingga ia tidak bisa mengirim kabar seharian? tapi pahamkah kita akan situasinya, sehingga bisa menerima penjelasannya tanpa cemberut? Atau saat pasangan membatalkan janji di menit - menit terakhir dengan alasan yang kurang jelas. Kita mungkin mengerti memang begitu sifatnya, tapi dapatkah kita pahami itu sehingga tidak mendendam atau bahkanmengambil keputusan yang paling buruk??

Inti memahami datang dari diri sendiri, keikhlasan diri menerima kenyataan, bahwa hidup bukan sinetron, yang tipikal orang baik dan jahatnya dapat terlihat dengan mata telanjang. Memahami juga bukan bagian dari durasi waktu perjalanan kita mengenal seseorang, melainlan dari "Maukah kita?". Tidak peduli kita baru mengenalnya sehari, seminggu, sebulan, atau sudah beratus tahun lamanya.


SULIT BUKAN BERARTI TIDAK MUNGKIN